Images

Tipe Makna Bahasa Mandailing (Semantik)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 
Bahasa adalah salah satu unsur kebudayaan yang berdasarkan kesepakatan atau konvensional sosial untuk digunakan sebagai sarana komunikasi. Masyarakatlah yang melakukan kesepakatan sosial terhadap bahasa yang akan digunakannya. Dengan kata lain, bahasa tidak bisa dipisahkan dari masyarakat. Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya. Pemahaman terhadap penggunaan bahasa yang benar secara tulisan dan lisan berdasarkan pada aturan-aturan bahasa yang tertulis di buku-buku kebahasaan dan disepakati sebagai kaidah bahasa yang baku. Namun pada pelaksanaannya penggunaan bahasa memiliki mkana yang berbeda-beda ditanggapi oleh setiap orang. Makna ini dikaji dalam bidang ilmu semantik. Lebih sempit lagi makna-makna yang tersebut dibahas dalam sub bab Tipe makna. Bahasa Mandailing adalah salah satu bahasa daerah dan juga merupakan bahasa ibu orang-orang bersuku Mandailing yang tinggal di Propinsi Sumatera Utara, terutama di daerah Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Angkola, Padang Lawas, Sibuhuan, Padang Sidempuan, dan beberapa daerah lainnya. Tipe makna yang akan dibahas adalah tipe makna dalam bahasa Mandailing yang merupakan pembahasan yang sama dengan tipe makna dalam bahasa Indonesia. Makalah ini berjudul Tipe Makna dalam Bahasa Bahasa Mandailing yang akan mencoba membahas pengertian dan contoh-contoh makna apa saja yang sering digunakan oleh masyarakat bersuku Mandailing dalam percakapan dan kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan tipe makna.

 1.2 Masalah
Sampai saat ini, belum ada penguraian dan pengidentifikasian terhadap tipe makna dalam bahasa Mandailing. Itulah sebabnya makalah ini mengangkat permasalahan tersebut agar pembaca mengetahui apa saja yeng tergolong tipe makna dalam bahasa Mandailing.

1.3 Landasan Teori
Teori yang digunakan dalam makalah yang berjudul Tipe Makna dalam Bahasa Mandailing adalah tipe makna secara umum yakni: kesamaan objek, kesamaan sifat, dan kesamaan pristiwa atau aktivitas .

1.4 Tujuan 
• Mengetahui kata, frase, dan kalimat yang tergolong tipe makna dalam bahasa Mandailing.
• Mengetahui bentuk- bentuk tipe makna dalam pengidentifikasian yang terdapat dalam bahasa Mandailing. 

BAB II
TIPE MAKNA DALAM BAHASA MANDAILING

 2.1 Tipe Makna
Tipe makna adalah kajian makna berdasarkan tipenya. Tipe adalah pengelompokkan sesuatu berdasarkan kesamaan objek, kesamaan ciri atau sifat yang dimiliki benda, hal, pristiwa atau aktivitas lainnya. ( Djajasudarma: 17). Tipe tipe makna dikemukakan oleh Leech (1974), yang membagi tipe makna menjadi tiga bagian besar: (1) makna konseptual, (2) Makna asosiatif, (3) makna tematis; dan lima bagian yang termasuk tipe makna asosiatif, yakni (4) makna konotatif, (5) makna stilistika, (6) makna afektif, (7) makna refleksi, dan (8) makna kolokatif.

1) Makna Konseptual Makna konseptual (kadang-kadang disebut makna denotatif atau kognitif) dalam pengertian luas dianggap faktor sentral dalam komunikasi bahasa dan hal itu dapat ditunjukkan sebagai sesuatu yang padu bagi fungsi esensial atas suatu bahasa, tidak seperti tipe-tipe makna yang lain.
 2) Makna Asosiatif Makna asosiatif merupakan gabungan dari makna konotatif, stilistik, afektif, refleksi dan kolokatif yang memiliki karakter terbuka, tanpa batas dan memungkinkan dilakukannya analisis menurut skala atau jarak dan bukannya suatu analisis yang diseret, yang harus begini atau begitu.
3) Makna Konotatif Makna konotatif merupakan nilai komunikatif dari suatu ungkapan menurut apa yang diacu, melebihi di atas isinya yang murni konseptual. Makna konotatif meliputi ‘sifat putatif’ dari acuannya, disebabkan oleh pandangan yang diterima oleh individu atau sekelompok ataupun seluruh anggota masyarakat.
 4) Makna Stilistik dan Afektif Makna stilistik adalah makna sebuah kata yang menunjukkan lingkungan sosial penggunaannya. Makna stilistik dapat didekoding dari suatu teks melalui pengenalan terhadap berbagai dimensi dan tingkat penggunaannya di dalam lingkup suatu bahasa. Sedangkan makna afektif yaitu istilah yang dipakai untuk suatu jenis makna, seringkali secara eksplisit diwujudkan dengan kandungan konseptual atau konotatif dan kata-kata yang dipergunakan.
 5) Makna Refleksi Makna refleksi adalah makna yang timbul dalam hal makna konseptual ganda, jika suatu pengertian kata membentuk sebagian dari respons kita terhadap pengertian lain.
 6) makna Kolokatif Makna kolokatif terdiri atas asosiasi-asosiasi yang diperoleh suatu kata, yang disebabkan oleh makna kata-kata yang cenderung muncul di dalam lingkungannya. 
7) Makna Tematik Makna tematik atau makna yang dikomunikasikan menurut urutan, fokus dan penekanan.

Namun dalam makalah ini akan dibahas mengenai tipe makna secara umum dalam bahasa Mandailing. Ada pun tipe makna secara umum antara lain:

1. Kesamaan Objek 
Tipe ini terjadi sebagai akibat adanya kesamaan sasaran suatu benda atau objek dengan objek lain.
Contoh dalam bahasa Mandailing :
1. Angin Sipurpuron diartikan sebagai nafas.
2. Gondang artinya gendang, gordang artinya gondang yang bentuknya agak kecil.
3. Bombat yaitu suara gondang yang memberitahukan adanya bahaya.
4. Bombat peninggungi yaitu suara gondang yang memberitahukan bahwa raja sakit keras.
5. Kata angin dalam bahasa Mandailing berarti angin. Dalam pemakaian, terdapat beberapa jenis angin yaitu: angin pata-pata aris (angin badai), angin markalincuncung (angin putting beliung), angin satua gada (angin topan).
6. Pasak turiang nagari artinya raja, mempunyai kesamaan dengan puang oloan yang artinya juga raja dalam bahasa Mandailing.
7. Partungkup raja artinya desa atau kampong.

 2. Kesamaan Ciri Atau Sifat 
Kesamaan cirri dan sifat adalah dua hal yang memiliki ciri atau sifat yang sama namun berbeda objek. Objek yang diperumpamakan adalah hewan atau tumbuhan sedangkan yang menjadi acuan adalah manusia. Dalam bahasa Mandailing, hal seperti ini banyak terdapat pada peribahasa bahasa Mandailing.
Contoh: a. Sohon buhu manyosoi (peribahasa) yang berarti seperti kayu yang menyesak. Maksudnya, kayu yang mempunyai ruas biasanya mempunyai batas ruas. Apabila kayu itu mempunyai batas ruas, ruas kayu itu pun akan menjadi kuat. Peribahasa ini ditujukan untuk orang yang ingin selalu ke tengah, masing-masing menonjolkan diri.
b. Songon joraton pusuk ni sano. (peribahasa) yang berarti Seperti jeratan pucuk labu. Maksudnya, orang yang baik budi dan tidak banyak tingkahnya.
c. Songon sarumpaet na lobat bunga,(peribahasa) maksudnya seseorang yang sedang dalam keadaan cantik, atau sedang dalam keindahannya.
d. Songon sirumondop manguasa langit (peribahasa). Maksudnya, orang yang hina dan miskin menolong atau membantu orang yang kaya.
e. Pada pantun, yang menggambarkan kemarahan seorang pemuda kepada seorang dara atau gadis: Tak si uning-uning Tak si palu-palu Tak utengku o’le bujing Na sora di au Artinya: tak seruling si uning-uning Tak tumbuhan si palu-palu Tak wahai dara saying Yang tak mau kepadaku.

 3. Kesamaan peristiwa atau aktivitas lainnya
Sesuatu yang dianggap memiliki hubugan erat sehingga menimbulkan hal yang dianggap sama mengenai peristiwa, keadaan, dan aktivitas. Contoh: a. Narobi yang artinya masa atau zaman. Dalam bentukan kata yang baru seperti: - Na itom narobi artinya masa orang Hindu sampai ke Angkola/Mandailing. - Nabontar artinya masa orang Eropa sampai ke Angkola/Mandailing. - Narinca artinya masa Tuanku Nan Receh sampai ke Angkola/Mandailing. b. Kata ‘mati’ dalam bahasa Indonesia, memiliki ragam bahasa dalam bahasa Mandailing (bahasa ratapan (hata andung), bahasa makian (huta teas), bahasa perdatoan (Huta Sibaso), bahasa jika berada di hutan (Hata Parkapur), bahasa umum (Hata Somal) dan yaitu: mate, jumolo, malongas, marobur, arkar tapu-tapu. Semua kata tersebut memiliki arti ‘mati’.
Demikianlah beberapa contoh dan pembahasan mengenai tipe makna dalam bahasa Mandailing. .

BAB. III SIMPULAN DAN SARAN 

I. SIMPULAN
Tipe makna merupakan cabang ilmu semantik yang juga membicarakan tentang makna. Tipe makna dalam bahasa Mandailing umumnya banyak terdapat dalam unsur-unsur karya sastra yang dimiliki oleh masyarakat Mandailing seperti peribahasa, pantun maupun puisi. Selain itu ada juga bahasa yang sering digunakan oleh masyarakat dalam percakapan dan kehidupan sehari-hari agar yang menjadi bahan untuk tipe makna meliputi kesamaan objek, kesamaan ciri atau sifat, dan kesamaan pristiwa atau aktivitas.

 II. SARAN
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurang pada makalah yang disusun ini sehingga perlu afanya saran dan masukan dari berbagai pihak agar terciptanya makalah yang lebih baik untuk selanjutnya. Tipe makna tidak hanya dipelajari dan diidentifikasikan dalam bahasa Indonesia saja, melainkan bahasa daerah juga perlu mendapat perhatian. Oleh karena itu perlu diadakannya penelitian lebih lanjut untuk menghasilkan tulisan yang lebih rinci dan lebih lengkap di kemudian hari.

 DAFTAR PUSTAKA

Siregar, H. ahmad Samin. 1997. Bunga Rampai Sastra Tradisi di Indonesia. Medan: USU Press