Images

Dompet

“Sial !!! Kemana perginya dompetku?! Aku tidak pernah lupa ataupun khilaf meletakkannya di atas bajuku. Adakah orang yang masuk kemari dan mengambilnya??! Dasar laknat!!!
            Bari mengumpat – umpat semuanya sambil mengobrak - abrik semua benda yang ada di kamarnya. Mulai dari tas kuliahnya, segala isi lemari dan perabotan yang ada di kamarnya.
            “Sudahlah. Mungkin kau lupa meletakkannya.” Yoga mencoba menenangkan Bari yang masih saja sibuk berputar – putar dalam kamarnya.
“Setiap manusia pasti ada khilaf dan lupanya. Kita telah berteman dari kecil. Tidak mungkin diantara kita ada yang ingin mencuri dompetmu. Lagi pula dompetmu kan tidak pernah ada isinya.”jelas Jeri sambil tersenyum diikuti Yoga setelah mendangar kata – kata Jeri.
“Kalian saja!! Keluar masuk rumah tidak pernah mengunci pintu depan!”Ucap Bari kesal.
Siang itu, suasana rumah yang baru saja di sewa oleh Bari, Yoga, Jeri, dan Rusli sebulan yang lalu terdengar agak ricuh karena Bari yang kehilangan dompetnya. Sejak pergi kuliah tadi pagi, ia resah karena ia menduga dompetnya hilang atau tertinggal di kamarnya.
“Sudahlah Bari. Mari kita makan. Aku baru saja membeli nasi untuk kita di warung sebelah.” Jeri mengajak Bari dan Yoga untuk makan siang.
“Bagaimana aku bisa makan. Seleraku hilang. Bagiku, dompet itulah makananku sekarang. Mengapa kalian tidak mau membantuku sama sekali?! Dimana solidaritas kalian?!” Bari masih saja menggerutu seprti gerbong kereta yang tidak putus – putus.
“Apa tidak sebaiknya kita makan terlebih dahulu, agar ada tenaga yang kita dapat untuk mencari dompetmu nanti?”tegas Yoga.
“Ia juga. Barangkali kau dapat mengingat dimana kau meletakkan dompetmu yang hilang itu.” Tambah Jeri menyetujukan perkataan Yoga.
 “Baiklah, ayo kita makan terkebih dahulu. Selesai makan, kalian harus membantuku mencarinya seisi rumah ini! Karena di dalam dompet tersebut, ada SIM dan STNK temanku yang dititipkannya padaku semalam, dan aku lupa mengembalikannya.”ucap Bari denga nada lelah dan sedikit kecewa.
“Makanya, jangan bisanya cuma minjam saja.”ucap Rusli yang baru saja masuk dari luar.
Bari hanya memasang wajah ketat sambil menggaruk - garuk kepalanya yang dirasanya hampir lepas karena kehilangan dompet yang hanya berisi SIM dan STNK milik Doni yang dipinjamnya untuk mengantar Dewi pulang semalam, sementara temannya yang lain tampak hanya senyum – senyum mendengar perkataan Rusli sambil menciduk nasi ke piring masing – masing.
Selesai makan, semuanya merasa kekenyangan. Tiba – tiba saja perut Bari menyalak – nyalak minta ke belakang karena terlalu banyak memakan sambal. Karena tidak tahan lagi, Bari berlari ke kamar mandi tanpa menghiraukan teman yang lain untuk membuang sisa makanan yang tidak dapat disaring oleh tubuh.       
Di kamar mandi, sambil menutup hidung, Bari merenung dan mengingat kembali dimana ia meletakkan dompetnya semalam. Namun ia tetap tidak ingat dimana ia meletakkan dompetnya terakhir kali. Setelah selesai mengeluarkan apa yang harus dikeluarkan dari perutnya, Bari merapikan celana dan berjalan ke pintu keluar kamar mandi. Namun ketika hendak membuka pintu kamar mandi, sekilas ia melihat benda hitam di dalam timba yang tergantung di balik pintu. Merasa penasaran, Bari mengambil dan melihat isi dari timba tersebut. Ia terkejut, ternyata dompet yang ia cari sejak tadi ada di dalam timba tersebut. Ia baru saja ingat kalau semalam, hal yang sama terjadi padanya. Perutnya mulas dan ingin segera ke belakang. Karena terburu – buru ia meletakkan dompetnya sembarangan yaitu di dalam timba di belakang pintu kamar mandi.
Tidak hanya lega karena mulas di perutnya hilang, Bari keluar dari kamar mandi dengan perasaan lega yang tiada tara dan tersenyum bahagia sambil menggenggam dompet kesayangannya yang jarang ada isinya. Sementara Yoga, Jeri, dan Rusli berebut minuman karena kepedasan.
“Setiap manusia pasti ada khilaf dan lupanya.” Bari tersenyum kembali mengingat ucapan Jeri yang masih saja terngiang di benaknya.

0 Comment: